Selasa, 25 November 2014

Love Like This

Sedikit curhat. ff ini gue tulis pas awal masuk kuliah, sekitar satu tahun lalu, dimana tugas masih anget-angetnya kayak baru keluar dari oven dan juga gue pas lagi ngebet banget sama lagunya k.will dan exo. gak penting juga sih, tapi dari pada ngendep di laptop. hehehe 

Title        : Love Like This
Author    : Glowworm
Cast        : Lee Jooyeon
                 EXO’s Member
Genre     : Angst, Romance, AU
Rating     : General



Don’t Like Don’t Read

---------Happy Reading----------

aku melirik kearah jendela yang terbuka separuh, hembusan angin summer menerpa beberapa daun kering dan menerbangkannya ke dalam kamarku. Pagi ini, aku mematut diriku didepan cermin dengan gaun pink muda selutut pemberian orang yang paling ku kasihi.

Mungkin aneh bagiku, karena pagi sebelumnya dan mungkin pagi-pagi yang lalu, dia akan menekan klakson mobilnya keras membuatku harus cepat-cepat menyelesaikan rutinitas pagiku dan menyambutnya didepan. Namun pagi ini, dia tidak datang dan tidak akan datang di pagi-pagi selanjutnya.

Kuraih sisir di atas meja dan merapikan beberapa anak rambut yang keluar, mungkin tidaklah sulit jika hanya memoleskan bedak dan pelembap di wajahku. Tapi dia tidak suka aku melakukannya, dia bilang aku akan cantik tanpa produk-produk itu. Bahkan dia pernah marah saat melihat tanganku bengkak karena aku salah memakai pelembap.

aku jadi teringat dia menemaniku ke mall minggu lalu, niatku hanya ingin membelikan Yookyung boneka panda, tapi melihat diskon di sebuah butik aku langsung berlari kesana dan membuatnya mengoceh layaknya Ahjumma Im.

Tapi itu semua hanya tinggal kenangan saat mataku kembali menemukan secarik kertas tebal diatas tempat sampah yang kubuang kemarin. Kertas yang didalamnya berisi namanya dan nama seorang yeoja.

Dan mengingat hal itu, aku jadi ingat apa yang harus kulakukan sekarang. Berpura-pura tersenyum didepannya dan menyalaminya layaknya tamu yang lain. Kemarin, saat ibu dan adik perempuannya mengantar undangan itu, mereka hanya berpesan agar aku datang tepat waktu, dan bodohnya aku… aku hanya mengangguk sembari mereka meninggalkanku yang mematung didepan pintu.

“Jooyeon…”

Aku memutar kepala, namja tampan dan tingginya hampir menyamai kekasihku itu berjalan masuk. Dia adik laki-lakinya, tapi seperti musuh saat aku mengangguk jika aku berpacaran dengan kakaknya.

“ibu menyuruhku menjemputmu” dia menatapku aneh, mungkin karena gaun ini adalah pemberian kakaknya.

Aku mengangguk kecil dan meraih tas dan jaket yang kutanggalkan dikursi. Aku berjalan duluan, disusul Chanyeol yang berjalan disampingku. Kami tidak bicara apapun, sepatah katapun sampai kami didalam mobilnya. Chanyeol segera menghidupkan mesin, menginjak gas dan meninggalkan rumah kecilku.

Mataku berhenti pada pajangan di dasbor mobilnya, sebuah patung maneken kecil pemberianku padanya. Mungkinkan Chanyeol yang mengambilnya paksa? Atau dia yang memberikannya agar lebih cepat melupakanku.

Entahlah… aku hanya bisa menghembuskan nafas dan menatap jalan yang semakin lama semakin ramai.

Oh ya… bukankah sekarang hari sabtu, seharusnya aku menemui Yookyung dirumah sakit bersamanya karena itu rutinitas kami sebelum berbaur dengan pekerjaan masing-masing. Aku yang merawat anak-anak autis seperti Yookyung, dan dia yang akan berkutat dengan berkas dan laptop diruangannya.

Dia pernah bilang… saat itu kami di bawah guyuran hujan dan usia kami sama-sama 17 tahun, cukup mudah dan cukup labil dengan kata jatuh cinta. Dia berjanji akan menjagaku, menyayangiku dan mempertahankanku apapun yang terjadi. Meskipun aku tau, keluarganya tidak menginginkanku karena status sosila kami yang berbeda.

Dia memenuhi janjinya, mungkin sampai kemarin, sebelum undangan coklat itu sampai dirumahku. Aku tak dapat berkata apapun, memang apa yang bisa ku katakan. Apa aku harus memarahinya? Apa aku harus membencinya? Aku tidak berhak melakukan itu semua, aku tertekan dan dia lebih tertekan.

“sudah sampai”

Aku melirik kesamping, Chanyeol keluar duluan. Aku membuka pintu pelan dan menyusulnya yang hanya beberapa langkah dariku. Tidak ada yang tidak istimewa, sebuah pernikahan haruslah dihadiri semua orang karena itu acara sakral.

Dan aku… aku harus datang untuk melihatnya, mendengarnya mengucap janji bersama wanita yang berstatus social sama dengannya, menatapnya dari jauh ketika dia menyentuh istrinya dan mengecup bibirnya.

Tiba-tiba aku merasakan hangat ditanganku, secepatnya aku mendongak. ‘dia!!!’ dengan tuxedo putihnya dia menyeretku menjauhi altar.

“kenapa kau datang Jooyeon-ah?”

Aku memalingkan muka, tidak sanggup melihat wajah tampan malaikatnya.

“Jooyeon-ah jawabku” kali ini dia mengguncang kedua bahuku.

Kalau bisa… aku ingin jantung ini berhenti sekarang karena aku tidak tahan dengan detakannya.

“Jooyeon!!”

“berhenti Kris!” aku membentaknya. Dia terdiam, menatapku dengan mata tajamnya.

“aku sudah memutuskan” kataku melepas tangannya. Aku tau ini berat, mungkin terlalu berat hingga aku tidak dapat mendiskripsikannya “sampai nanti” aku berjalan cepat menuju gereja tanpa mempedulikannya.

***

Aku sakit …

Aku berdiri disamping Chanyeol, diurutan kedua dan berada paling ujung. Jika dari depan, mungkin akan terlihat rambut saja. Aku sengaja bersembunyi, bukan tidak ingin melihatnya, aku ingin bahkan sangat. Tapi akan lebih baik jika dia yang tidak melihatku.

Aku baru sadar saat tepuk tangan riuh para tamu menggema di seluruh dinding gereja, Chanyeol melirikku tepat saat aku meliriknya, aku segera menoleh kedepan dimana wanita yang sah menjadi istri kekasihku itu tersenyum dan melambai pada orang-orang didepan.

Tentu saja… dia bahagia, Kris juga bahagia. Lalu bagaimana denganku?

Kuambil tas dan jaketku lalu keluar dari samping tanpa melewati Chanyeol, meskipun harus terdesak dinding aku tidak peduli. Mereka semua… orang-orang didalam gereja ini tidak ada yang peduli denganku, jadi untuk apa aku berlama-lama disini?

***

Aku kembali pada aktifitasku, menyiapkan segala keperluanku dan bersiap kerumah sakit. Tak lupa aku menyambar boneka babi pink yang akan kuberikan pada Yookyung hari ini. Pasti yeoja kecil itu akan tersenyum dan memelukku lagi. dia sangat menyukai apapun yang kuberikan.

Saat aku membuka pintu, dia kembali muncul. Didepan Audinya dengan pakaian kerja. Kami saling memandang, sebelum akhirnya aku tersadar bahwa acara kemarin bukanlah mimpi.

Aku berusaha menormalkan deru nafasku sebelum berjalan kearahnya, seharusnya dia tidak muncul pagi ini, seharusnya dia berbulan madu seperti yang di ucapkan ibunya di dalam pidato keluarga kemarin, seharusnya… seharusnya… ini hanya halusinasiku.

“aku akan kerumah Soeun” kataku setelah didepannya, dia hanya tersenyum… seperti biasanya saat menyambutku.

“apa kita harus lewat jalan pintas?” tawarnya ringan, membuatku sedikit mendengus sebal.

“bagaimana jika kau pergi ke kantor dan aku sendirian. Bukankah ibumu sudah memesankan tempat di swiss untukmu” aku tidak pernah berkata kasar pada siapapun sebelumnya, dan mungkin… ini kali pertamanya aku membentaknya.

Aku berlalu melewatinya, namun tangannya mencegahku.

“aku pernah berjanji akan mempertahankamu”

Aku menoleh cepat, menemukan matanya sedang menatapku serius.

“sejak dulu kita berbeda, dan perbedaan itu yang memisahkan kita” aku melepas tangannya kasar.

“bukankah perbedaan itu yang menyatukan kita”

“Kris!” aku menyebut namanya cukup keras, mungkin bisa disebut meneriakinya “aku menerima tawaran dokter Kyuhyun, aku akan Osaka dua hari lagi” kali ini aku benar-benar meninggalkannya, tidak peduli meskipun dia mencoba menahanku dengan panggilannya.

***

Aku berbohong… Bohong jika aku membencinya, walaupun ini cara terbaik.

Aku tersenyum saat memasuki kamar 305, kamar Hong Yookyung salah satu pasienku yang hampir 5 bulan dirawat disini.

“pagi Yookyung-ah” aku mengelus rambut hitamnya, kemarin Yookyung membuang sisir yang ku buat untuk merapikan rambut panjangnya, jadilah sekarang aku menyisirnya dengan jariku.

“kau sudah makan?” tanyaku halus, dia hanya mengangguk sambil memainkan boneka-boneka pemberianku. Hampir semua barang Yookyung adalah pemberianku dan Kris, karena orang tuanya sama sekali tidak peduli.

“minum obat?” dia mengangguk lagi.

Aku duduk di tepi ranjang setelah selesai merapikan rambutnya, Yookyung menatapku datar. Ekspresinya selalu sama, tapi hanya aku yang dapat membedakannya “maaf… kemarin unni telat menjengukmu”

Dia memberiku boneka panda, artinya dia tidak marah “kau memang anak baik” kataku mengelus kepalanya, kemudian dia memberiku boneka lagi, bear biru… yang selalu Yookyung berikan pada Kris, apa dia menanyakannya?

Yookyung menatapku, seolah meminta jawaban “dia sedang sibuk, kau mau aku bacakan cerita?” Yookyung menggeleng, aku harus mengalihkan perhatiaannya.

“bagaimana jika menemui Nari? Tadi dia sedang bermain bersama Yongin” lagi-lagi Yookyung menggeleng. Apa aku harus mengatakan jika Kris tidak akan kemari lagi?

“Yookyung-ah…” aku kembali mengusap kepalanya, Kris pernah berjanji padaku jika kami menikah nanti, dia akan mengadopsi Yookyung sebagai anak pertama kami. aku sangat heboh memberitahu Yookyung saat itu, meskipun dia tidak merespon aku tau Yookyung mendengarnya.

“dengarkan unni… Kris oppa tidak akan kemari lagi, dan… Yookyung tidak perlu mencarinya. Mulai sekarang… hanya unni yang akan menemani Yookyung” Yookyung melempar boneka pandanya, apa dia marah padaku?

“dokter Jung…”

Seseorang memanggilku, aku segera berdiri dan menoleh. Bukankah dia…

***

Hanya kata mencoba… aku mencoba menahan detak jantungku agar tidak melebihi batas normal.

Istri Kris, Nam Jihyun mengajakku duduk di bawah pohon maple di taman rumah sakit. Entah apa yang membawanya kemari, dan… bagaimana dia mengetahuiku?

“Jooyeon-ssi”

Meskipun suaranya halus, namun bagai petir yang menyambar telingaku, sangat memekakan.

“maafkan aku sebelumnya…” katanya memulai, aku hanya diam saja “ini bukan pemintaanku atau permintaan Kris”

“aku tau itu permintaan orang tua kalian” potongku tidak sabar, bisa saja aku pergi dari tempat ini sekarang namun aku tidak melakukannya, aku cukup menghargai orang yang mengajakku bicara baik-baik.

“dengarkan aku Jooyeon-ssi, ini tidak seperti yang kau pikirkan” kata Jihyun lagi. Namun aku hanya diam dengan pandangan lurus ke depan.

Dan Jihyun menceritakan semuanya, pertemuan pertamanya dengan Kris, perjodohan mereka, penyakit eommanya dan ternyata mereka terikat janji sejak kecil. Aku baru tau jika Jihyun juga mempunyai kekasih di luar kota. Tapi… apakah dia mencintai Kris?

***

Aku berjalan gontai menuju rumahku, perasaanku bercampur aduk. Aku hanyalah yeoja biasa yang jauh dari kata sempurna, tapi kenapa untuk mendapat sedikit kebahagiaan aku tidak bisa.

Bolehkah aku berkata tidak adil pada tuhan? Bolehkan aku sedikit mengeluh pada tuhan? Kenapa semua orang yang kucintai harus di ambil begitu saja. Eomma, appa, Kris… hanya mereka yang ku punya selama ini.

Apa belum cukup eomma dan appa meninggalkanku, bahkan mereka tidak akan kembali. Kenapa sekarang satu-satunya orang yang aku sayangi meninggalkanku. Aku terjatuh di jalan setapak di pekarangan rumah, rasanya kakiku tak kuat lagi menopang tubuhku. Sudah cukup aku merasakan sakit, terlebih saat yeoja itu bilang agar aku menjauhi Kris.

“Jooyeon-ah”

Tiba-tiba seseorang merengkuh tubuhku dan meringkuknya kedalam. Aku hafal dengan bau parfum ini…

“Kris…” aku membisikkan namanya pelan, aku merindukannya. Merindukan sentuhannya, pelukannya, senyumannya, apapun yang Kris miliki aku benar-benar membutuhkannya.

“aku disini Joo”

Bahkan aku bisa mendengar jelas suaranya masuk ke dalam telingaku, Kris… aku tidak akan menjadi apapun tanpamu…

“maafkan aku Joo… maaf”

Dan airmataku jatuh saat itu juga, Kris berjanji tidak akan membuatku menangis dan sekarang dialah orang pertama yang membuatku mengeluarkan Kristal bening ini. Kris… entahlah kau itu makhluk paling egois atau paling menyebalkan didunia ini.

“lepaskan aku Kris…” aku memberontak dalam pelukannya, namun tidak bisa. “kumohon…” pintaku sekali lagi.

“Jooyeon-ah…” Kris menangkup wajahku, membersihkan tetesan air yang membasahi mata dan pipiku. “aku…aku mencintaimu” katanya pelan. Aku tau… aku sangat tau Kris…

“tinggalkan aku, aku hanya mencintai Kris… bukan suami Jihyun”

“aku bukan suami Jihyun Joo… aku milikmu”

Aku mendorong tubuh Kris menjauh, aku mencintaimu… tapi aku membencimu… aku bangkit dan hendak meninggalkannya.

“anggap saja kita tidak pernah kenal Kris-ssi… annyeong”

Aku berbalik meninggalkannya… benar-benar meninggalkan Kris… cinta pertama dan terakhirku…

---------KKEUT---------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar